Sunday, 14 February 2010

artefak

ini sebuah artefak
untuk saya dalam usia smp yang mengigil ketakutan di pojok ruangn ditemani ocehan yang membuatnya jadi menyesal memiliki telinga yang peka.

untuk mata saya yang tinggal segaris digelantungi kantung mata tebal sedikit menghitam dan terpaksa menjadi sindiran teman-teman sekelas.

untuk bantal tidur saya yang menjadi penyaring air mata bertahun-tahun lamanya sampai akhirnya punya kekuatan untuk berhenti, bukan berarti galonan air mata sudah terkuras tak bersisa tapi karena galonan perasaan sudah terlanjur tertumpah ruah berlebihan dan akhirnya menyisakan cekungan dalam hati yang lama-lama menjadi bebal.

untuk kamar 3x3 yang setiap pojoknya pernah saya pakai untuk memojok dan merintih lirih sambil memanggil siapapun yang ternyata tak bisa terpanggil.

untuk teman bicara yang belum saatnya saya temukan.

untuk memori saya yang sialnya masih menyisakan ke-5 untuk diatas.

selamat datang kembali pada hari ini.
dengan usia yang jauh bertambah, dengan mata yang sudah mulai terlatih untuk tak memilu, dengan bantal tidur yang tak lagi sama, dengan kamar yang sudah bukan berwarna jingga, dengan teman bicara yang lagi-lagi belum juga ada.

No comments:

Post a Comment